Sabtu, 05 Januari 2013

BENTUK-BENTUK GEJALA PSIKOLGI SISWA DALAM BELAJAR


A.  Gejala Psikologi
Setiap orang mempunyai sisi psikologis dimana sisi ini berdampak pada hal-hal tindakannya. Atau bisa disebut gejala jiwa.  Dalam pendidikan pun gejala jiwa manusia yang mendasar banyak muncul. Gejala jiwa tersebut akan mempengaruhi berbagai perilaku  manusia, baik perilaku pendidik maupun perilaku peserta didik atau siswa. Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana gejala jiwa tersebut mempengaruhi kemampuan belajar siswa.
Gejala jiwa yang ada pada diri manusia sangat mempengaruhi perilakunya. Tidak terlepas dalam dunia pendidikan yaitu pada pendidik maupun peserta didik (dalam tulisan ini hanya membahas peserta didik).
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa, Gejala Psikologi yaitu proses perubahan perilaku manusia dalam kehidupannya.

B.  Bentuk-bentuk Gejala Psikologi Siswa Dalam Belajar
            Dalam psikologi terdapat berbagai gejala-gejala yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa, diantaranya yang akan kita bahas yaitu: 1) Pengindraan/sensasi dan persepsi; 2) Memori, ingatan, dan lupa; 3) Berfikir; 4) Intelegensi; 5) gejala perasaan (emosi); 6) Motivasi.
      1.   Pengindraan/sensasi dan persepsi
      a.   Pengindraan                     
          Kemampuan otak untuk menerjemahkan stimulus seorang anak satu sama lain berbeda-beda, tidak semua stimulus dapat diindra. Begitu pelajaran yang disampaikan guru tidak semua bisa ditangkap oleh siswa, persepsi pun akan berlainan. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan belajar.
Definisi penginderaan (sensation) menurut Wundt adalah penangkapan terhadap rangsang-rangsang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil. Penginderaan meliputi  :
      1).  Penglihatan
                  Alat penglihatan utama adalah mata. Rangsang berupa gelombang cahaya masuk ke dalam bola mata melalui bagian-bagian mata. Prosesnya cahaya masuk ke retina diteruskan berupa impuls menuju ke syaraf (otak) sehingga  objek dapat terlihat.
      2).  Pendengaran
                  Alat pendengaran utama adalah telinga. Rangsang berupa gelombang suara masuk ke dalam telinga melalui bagian-bagian alat pendengaran.Gelombang suara merambat melalui 3 media, yaitu udara, benda padat/tulang, cairan/endolymphe
Bila seseorang tidak dapat mendengar, maka ada kemungkinan kerusakan pada pusat pendengaran yang menyebabkan gangguan fungsi intelek atau pada salah satu alat tempat berjalannya/penerus rangsang (conductive deafness) yang tidak ada hubungannya dengan fungsi intelek.
3).  Pengecap
            Alat pengecap utama adalah lidah. Rangsang berupa larutan cairan melalui lidah (lingua) dan rongga mulut (cavumroris). Prosesnya adalah larutan/cairan diterima lidah masuk ke rongga mulut diteruskan nervus ke-9 menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak). Reseptor pada lidah ada 4 jenis penerima rangsang, yaitu : rasa manis, pahit, asin dan asam.
      4).  Pembau
                  Alat pembau utama adalah hidung.  Rangsang berupa hawa/udara/bau melalui udara menuju ke reseptor yang ada di rongga hidung (cavum nasalis). Prosesnya adalah bau diterima oleh rongga hidung diteruskan oleh nervus ke-1 (saraf pembau) menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak).
5).  Perabaan
            Alat perabaan utama adalah kulit. Rangsang yang diterima tubuh manusia dapat berupa rangsang : mekanis, thermis, chemis, elektris, suara, cahaya. Perabaan adalah ransang mekanis ringan pada bagian permukaan tubuh, khususnya yang tidak berambut seperti telapak kaki, bibir,dll. Reseptornya adalah corpuscula meissner dan corpuscula pacini.
b.      Persepsi
      Persepsi adalah sebuah proses saat ataupun kimiawi yang mengenai alat indra. individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
      Definisi persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi menurut Davidoff dalam Walgito (1997) : stimulus yang diindera oleh individu diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu sadar, mengerti tentang apa yang diinderakan. Individu dapat mengadakan persepsi, jika adanya objek, alat indera (reseptor), dan  perhatian. Contoh persepsi misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.
2.   Memori, ingatan, dan lupa
            Setiap hari kita memilki banyak aktivitas, berbagai informasi kita peroleh setiap harinya. Untuk memunculkan kembali informasi-informasi tersebut terkait dengan kerja memori atau otak. Dalam kenyataan, kemampuan otak manusia berbeda-beda. Siswapun seperti itu. Kemampuan otak untuk memasukkan, menyimpan,  memunculkan kembali informasi yang didapatkan (pelajaran misalnya) mempengaruhi kemampuan belajar si anak tersebut.


      a.         Memori
            Memori merupakan simpanan informasi - informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Memory merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan. Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
1).  Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
2).  Bahan-bahan yang akan diingat harus berhubungan. Memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hasl yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
3).  Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah memori. Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.

            b.   Ingatan
            Secara sederhana, Irwanto (1999) mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Galotti (2004) mendefinisikan memori sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni : penyimpanan (storage), retensi, dan  pengumpulan informasi (information gathering).
            Sebagai suatu proses, memori menunjukkan suatu mekanisme dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan (storing), pengambilan (retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving) informasi mengenai pengalaman yang lalu (Bjorklund, Schneider, & Hernández Blasi, 2003; Crowder, 1976, dalam Stenberg, 2006). Santrock (2005) mendefinisikan ingatan sebagai retensi informasi yang telah diterima melalui tahap : penkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan kembali (retrieval). Penelitian ini menggunakan definisi ingatan menurut Santrock, yaitu informasi-informasi yang berasal dari lingkungan dan informasi ini akan diproses melalui         tahapan : penkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali sehingga informasi yang masuk tidak terbuang secara sia – sia.
      c.   Lupa
            Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Faktor-faktor Penyebab Lupa :
a.   Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori.
b.   Lupa dapat terjadi pada karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam ketidaksadaran.
c.   Lupa dapat terjadi karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Andreson 1990).
     Contoh lupa ini sering terjadi pada siswa (kita) yang menerapkan metode belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) :DKita belajar ngebut malam ini, memasukkan semua pelajaran dalam sekali kunyah kedalam otak. Nah, ketika tes keesokan harinya, apa yang telah diingat dan pelajari (walaupun pelajaran minggu lalu) bisa hilang, diakibatkan dari apa yang telah kita pelajari semalam.
d.   Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat terhadap proses dan situasi belajar tertentu..
e.   Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan (Hilgard & Bower 1975)
f.    Lupa dapat tejadi karena perubahan urat syaraf otak.

3.   Berfikir
            Pemecahan masalah merupakan  bagian dari proses berpikir. Sering dianggap merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju. Berfikir kreatif sangat berperan dalam pemecahan masalah. [5]Menurut Graham Wallas (dalam Morgan, at al. 1989), proses berfikir kreatif meliputi lima tahap, yaitu Persiapan (Preparation), Inkubasi (Incubation), Iluminasi (Ilumation), Evaluasi (Evaluation), Revisi (Revision).
            Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.
4.   Intelegensi
            Setelah kita membahas tentang berpikir, maka kaitan dengan masalah berpikir adalah inteligensi. Secara umum inteligensi adalah kesanggupan untuk berpikir. Ada beberapa pendapat tentang pengertian inteligensi.
a.   William Stern mengatakan, bahwa inteligensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru.
b.      V. Hees, bahwa inteligensi adalah sifat kcerdasan jiwa.
c.       Terman mengatakan, inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak.
d.      Binet mengatakan bahwa  inteligensi meliputi pengertian penemuan sesuatu yang baru, ketetapan hati dan pengertian diri sendiri.
e.       Staedworth mengatakan inteligensi ada 3 aspek yaitu pengenalan sesuatu yang penting, penyusunan diri dengan situasi baru dan ingatan.
f.       Wittherington mengatakan, inteligensi adalah suatu konsep, suatu pengertian.
g.      Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Dari berbagai definisi intelegensi yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang berbeda-beda, para ahli sepakat memandang intelegensi sebagai kemampuan berfiki seseorang. Yaitu dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Intelegensi juga mempengeruhi kemampuan belajar seseorang.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
5.   Emosi
            Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Atau dapat kita pahami bahwa emosi itu merupakan suatu gejolak atau rasa yang terjadi dalam hati/perasaan yang terjadi karena ada suatu rangsangan yang diberikan pada saat kita dalam keadaan mental yang hebat.
            Adapula yang mengatakan emosi itu adalah suatu perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
6.   Motivasi
            Motivasi adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motivasi boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motivasi semacam ini sering disebut motivasi ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motivasi tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motivasi intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
            Menurut Baron (1992), Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.  Kekuatan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Keadaan internal yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam psikologi.
            Dalam konteks belajar, motivasi intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motivasi intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motivasi-motivasi ekstrinsik. Motivasi ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
            Motivasi ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.
      Jenis-jenis Motivasi
a.       Motivasi Intrinsik
            Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri), motivasi yang didasarkan pada sebuah ‘nilai’ dari kegiatan yang dilakukan tanpa melihat penghargaan dari luar. Misalnya: Murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu sendiri. Ada 2 jenis motivasi intrinsik:
1).  Determinasi diri
            Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Disini, motivasi internal dan minat intrinsik dalam tugas sekolah naik apabila murid punya pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.         
2).  Pilihan personal
            Pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Pengalaman optimal ini kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
b.      Motivasi Ekstrinsik
            Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi entrinsik ini sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan (reward) dan hukuman. Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Fungsi imbalan adalah sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, di mana tujuannya adalah mengontrol perilaku murid. Contohnya : guru memberi reward permen kalau murid bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Tetapi tentu kita juga menginginkan motivasi siswa adalah motivasi yang memang berasal dari dirinya sendiri (intrinsik), hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan hadiah yang mengandung informasi tentang kemampuan murid sehingga motivasi instrinsik dapat meningkat, kenapa? Karena dengan memberikan pujian dapat juga meningkatkan perasaan bahwa diri mereka kompeten.

3 komentar: