A. Gejala
Psikologi
Setiap orang mempunyai sisi psikologis dimana sisi
ini berdampak pada hal-hal tindakannya. Atau bisa disebut gejala jiwa.
Dalam pendidikan pun gejala jiwa manusia yang mendasar banyak muncul. Gejala
jiwa tersebut akan mempengaruhi berbagai perilaku manusia, baik perilaku
pendidik maupun perilaku peserta didik atau siswa. Dalam tulisan ini akan
dibahas bagaimana gejala jiwa tersebut mempengaruhi kemampuan belajar siswa.
Gejala jiwa yang ada pada diri manusia sangat
mempengaruhi perilakunya. Tidak terlepas dalam dunia pendidikan yaitu pada
pendidik maupun peserta didik (dalam tulisan ini hanya membahas peserta didik).
Dari
uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa, Gejala Psikologi yaitu proses
perubahan perilaku manusia dalam kehidupannya.
B. Bentuk-bentuk
Gejala Psikologi Siswa Dalam Belajar
Dalam psikologi terdapat berbagai gejala-gejala yang
berhubungan dengan kegiatan belajar siswa, diantaranya yang akan kita bahas
yaitu: 1) Pengindraan/sensasi dan persepsi; 2) Memori, ingatan, dan lupa; 3)
Berfikir; 4) Intelegensi; 5) gejala perasaan (emosi); 6) Motivasi.
1. Pengindraan/sensasi
dan persepsi
a. Pengindraan
Kemampuan otak untuk menerjemahkan
stimulus seorang anak satu sama lain berbeda-beda, tidak semua stimulus dapat
diindra. Begitu pelajaran yang disampaikan guru tidak semua bisa ditangkap oleh
siswa, persepsi pun akan berlainan. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan
belajar.
Definisi penginderaan (sensation) menurut
Wundt adalah penangkapan terhadap rangsang-rangsang dari luar dan dapat
dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil. Penginderaan meliputi :
1). Penglihatan
Alat penglihatan utama adalah mata. Rangsang berupa
gelombang cahaya masuk ke dalam bola mata melalui bagian-bagian mata. Prosesnya
cahaya masuk ke retina diteruskan berupa impuls menuju ke syaraf (otak)
sehingga objek dapat
terlihat.
2). Pendengaran
Alat
pendengaran utama adalah telinga. Rangsang berupa gelombang suara masuk ke
dalam telinga melalui bagian-bagian alat pendengaran.Gelombang suara merambat
melalui 3 media, yaitu udara, benda padat/tulang, cairan/endolymphe
Bila seseorang tidak
dapat mendengar, maka ada kemungkinan kerusakan pada pusat pendengaran yang
menyebabkan gangguan fungsi intelek atau pada salah satu alat tempat
berjalannya/penerus rangsang (conductive deafness) yang tidak ada hubungannya
dengan fungsi intelek.
3). Pengecap
Alat
pengecap utama adalah lidah. Rangsang berupa larutan cairan melalui lidah
(lingua) dan rongga mulut (cavumroris). Prosesnya adalah larutan/cairan
diterima lidah masuk ke rongga mulut diteruskan nervus ke-9 menuju gyrus
centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak). Reseptor pada lidah ada
4 jenis penerima rangsang, yaitu : rasa manis, pahit, asin dan asam.
4). Pembau
Alat pembau utama adalah hidung. Rangsang berupa hawa/udara/bau melalui
udara menuju ke reseptor yang ada di rongga hidung (cavum nasalis). Prosesnya
adalah bau diterima oleh rongga hidung diteruskan oleh nervus ke-1 (saraf
pembau) menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak).
5). Perabaan
Alat
perabaan utama adalah kulit. Rangsang yang diterima tubuh manusia dapat berupa
rangsang : mekanis, thermis, chemis, elektris, suara, cahaya. Perabaan adalah
ransang mekanis ringan pada bagian permukaan tubuh, khususnya yang tidak
berambut seperti telapak kaki, bibir,dll. Reseptornya adalah corpuscula
meissner dan corpuscula pacini.
b.
Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses saat
ataupun kimiawi yang mengenai alat indra. individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka
tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Definisi
persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan (penerimaan)
langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
panca inderanya. Persepsi menurut Davidoff dalam Walgito (1997) : stimulus yang
diindera oleh individu diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga
individu sadar, mengerti tentang apa yang diinderakan. Individu dapat mengadakan persepsi, jika adanya objek, alat indera
(reseptor), dan perhatian. Contoh persepsi misalnya meja yang
terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.
2. Memori, ingatan, dan lupa
Setiap hari kita memilki banyak aktivitas, berbagai informasi kita
peroleh setiap harinya. Untuk memunculkan kembali informasi-informasi tersebut
terkait dengan kerja memori atau otak. Dalam kenyataan, kemampuan otak manusia
berbeda-beda. Siswapun seperti itu. Kemampuan otak untuk memasukkan,
menyimpan, memunculkan kembali informasi yang didapatkan (pelajaran
misalnya) mempengaruhi kemampuan belajar si anak tersebut.
a. Memori
Memori merupakan simpanan informasi
- informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah
sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory
juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil
kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu yang membentuk jati diri
manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Memory memberi
manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Memory
merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui
beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit
dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang sifatnya dinamis ini terus berubah
dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan. Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan
kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
1). Proses memori bukanlah suatu
usaha yang mudah. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme
dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar
dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah
diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya
saat ini.
2). Bahan-bahan yang akan diingat
harus berhubungan. Memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari
mempunyai kaitan dengan hal-hasl yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat
berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain.
Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
3). Proses memori memerlukan organisasi. Salah
satu pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah memori. Informasi
diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal)
sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.
b.
Ingatan
Secara sederhana, Irwanto (1999)
mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga
dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Galotti (2004) mendefinisikan
memori sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses,
yakni : penyimpanan (storage), retensi, dan pengumpulan informasi
(information gathering).
Sebagai suatu proses, memori
menunjukkan suatu mekanisme dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan
(storing), pengambilan (retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving)
informasi mengenai pengalaman yang lalu (Bjorklund, Schneider, & Hernández
Blasi, 2003; Crowder, 1976, dalam Stenberg, 2006). Santrock (2005)
mendefinisikan ingatan sebagai retensi informasi yang telah diterima melalui
tahap : penkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan kembali
(retrieval). Penelitian ini menggunakan definisi ingatan menurut Santrock,
yaitu informasi-informasi yang berasal dari lingkungan dan informasi ini akan
diproses melalui tahapan : penkodean,
penyimpanan, dan pemanggilan kembali sehingga informasi yang masuk tidak
terbuang secara sia – sia.
c. Lupa
Lupa (forgetting)
ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa
sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari
atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan
pengetahuan dari akal kita.
Faktor-faktor
Penyebab Lupa :
a. Lupa dapat terjadi
karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam
sistem memori.
b. Lupa dapat terjadi
pada karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun
tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang berupa
pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa kurang
menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam
ketidaksadaran.
c. Lupa dapat terjadi
karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat
kembali (Andreson 1990).
Contoh lupa ini sering terjadi pada siswa (kita) yang
menerapkan metode belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) Kita belajar ngebut malam ini,
memasukkan semua pelajaran dalam sekali kunyah kedalam otak. Nah, ketika tes
keesokan harinya, apa yang telah diingat dan pelajari (walaupun pelajaran
minggu lalu) bisa hilang, diakibatkan dari apa yang telah kita pelajari semalam.
d. Lupa dapat terjadi
karena perubahan sikap dan minat terhadap proses dan situasi belajar tertentu..
e. Lupa dapat terjadi
karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau
dihafalkan (Hilgard & Bower 1975)
f. Lupa dapat tejadi
karena perubahan urat syaraf otak.
3. Berfikir
Pemecahan
masalah merupakan bagian dari proses berpikir.
Sering dianggap merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan
masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan
modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar.
Proses ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk
bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju. Berfikir kreatif
sangat berperan dalam pemecahan masalah. [5]Menurut
Graham Wallas (dalam Morgan, at al. 1989), proses berfikir kreatif meliputi
lima tahap, yaitu Persiapan (Preparation), Inkubasi (Incubation), Iluminasi
(Ilumation), Evaluasi (Evaluation), Revisi (Revision).
Definisi yang paling umum dari berfikir
adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed),
1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari
gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses
psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2)
penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.
4. Intelegensi
Setelah
kita membahas tentang berpikir, maka kaitan dengan masalah berpikir adalah
inteligensi. Secara umum inteligensi adalah kesanggupan untuk berpikir. Ada beberapa pendapat
tentang pengertian inteligensi.
a. William
Stern mengatakan, bahwa inteligensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru.
b.
V. Hees, bahwa inteligensi adalah sifat kcerdasan jiwa.
c.
Terman mengatakan, inteligensi adalah kesanggupan untuk
belajar secara abstrak.
d.
Binet mengatakan bahwa inteligensi meliputi
pengertian penemuan sesuatu yang baru, ketetapan hati dan pengertian diri
sendiri.
e.
Staedworth mengatakan inteligensi ada 3 aspek yaitu
pengenalan sesuatu yang penting, penyusunan diri dengan situasi baru dan
ingatan.
f.
Wittherington mengatakan, inteligensi adalah suatu
konsep, suatu pengertian.
g.
Menurut David
Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Dari berbagai
definisi intelegensi yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang berbeda-beda, para
ahli sepakat memandang intelegensi sebagai kemampuan berfiki seseorang. Yaitu
dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Intelegensi juga
mempengeruhi kemampuan belajar seseorang.
Secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi
tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
5. Emosi
Adapula
yang mengatakan emosi itu adalah
suatu perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi
terhadap seseorang atau kejadian. Emosi
dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada
seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
6. Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam diri
subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu.
Motivasi boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila
seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motivasi semacam ini
sering disebut motivasi ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motivasi tumbuh di
dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motivasi intrinsik. Misalnya,
seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih
dalam tentang sesuatu.
Menurut Baron (1992), Motivasi
adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan
bertahan lama. Kekuatan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku
untuk mencapai tujuan. Keadaan internal yang mendorong, mengarahkan, dan
mempertahankan perilaku. Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai
perspektif dalam psikologi.
Dalam
konteks belajar, motivasi intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya
berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motivasi intrinsik tidak cukup
potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya
motivasi-motivasi ekstrinsik. Motivasi ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui
penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik.
Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi
yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat
agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motivasi
ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni
menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini,
setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus
membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat
grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya
tidak berada di bawah prestasi orang lain.
Jenis-jenis Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi
intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu
sendiri (tujuan itu sendiri), motivasi yang didasarkan pada sebuah ‘nilai’ dari
kegiatan yang dilakukan tanpa melihat penghargaan dari luar. Misalnya: Murid
mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang
diujikan itu sendiri. Ada
2 jenis motivasi intrinsik:
1). Determinasi diri
Dalam pandangan ini, murid ingin
percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena
kesuksesan atau imbalan eksternal. Disini, motivasi internal dan minat
intrinsik dalam tugas sekolah naik apabila murid punya pilihan dan peluang
untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.
2). Pilihan personal
Pengalaman optimal ini berupa
perasaan senang dan bahagia yang besar. Pengalaman optimal ini kebanyakan
terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat
melakukan suatu aktivitas. Pengalaman optimal ini terjadi ketika individu
terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga
tidak terlalu mudah.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan
sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan).
Motivasi entrinsik ini sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti
imbalan (reward) dan hukuman. Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah
perilaku. Fungsi imbalan adalah sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, di
mana tujuannya adalah mengontrol perilaku murid. Contohnya : guru memberi
reward permen kalau murid bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Tetapi tentu
kita juga menginginkan motivasi siswa adalah motivasi yang memang berasal dari
dirinya sendiri (intrinsik), hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan hadiah
yang mengandung informasi tentang kemampuan murid sehingga motivasi instrinsik
dapat meningkat, kenapa? Karena dengan memberikan pujian dapat juga
meningkatkan perasaan bahwa diri mereka kompeten.
kurang daftar pustakanya mas :)
BalasHapussangat membantu..tingkatkan
BalasHapusEdan men
BalasHapus