Teori belajar
selalu bertolak belakang dari suatu pandangan psikologi belajar tertentu.
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka berbarengan dengan itu
bermunculan pula berbagai teori tetang balajar. Justru dapat dikatakan, bahwa
dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar, maka psikologi dalam pendidikan
menjadi berkembang secara pesat. Didalam masa perkembangan psikologi pendidikan
dizaman mutakhir ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi
pendidikan, masing – masing yaitu :
1.
Psikologi behavioristik
2.
Psikologi kognitif
3.
Psikologi humanistik.
Ketiga aliran
psikologi pendidikan itu tumbuh dan berkembang secara beruntun, dari periode ke
periode barikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut
bermunculan teori – teori tentang belajar. Bertolak dari kenyataan itu, maka
berbagai teori belajar yang ada dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok teori
belajar, masing – masing yaitu :
1.
Teori belajar dari
Psikologi behavioristik
2.
Teori belajar dari Psikologi kognitif
3.
Teori belajar dari psikologi
humanistic
Masing – masing
dari kelompok teori belajar tersebut akan diuraikan secara gari besar pada
pembahasan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Dalam menyusun makalah ini penulis memilih judul TEORI
– TEORI BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK, KOGNITIF DAN HUMANISTIK. Hal
memotivasi penulis dalam menyusun makalah ini untuk mengetahui teori - teori
dalam belajar.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan.
2. Mengetahui teori – teori dalam belajar.
C. METODE PENULISAN
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini adalah dengan menggunakan metode pustaka yaitu dengan mengumpulkan data dari buku – buku yang ada.
D. RUMUSAN MASALAH
Penulis akan membahas dan menjelaskan tentang teori – teori dalam belajar :
1. Teori
– teori belajar psikologi behavioristik
2. Teori
– teori belajar psikologi kognitif
3. Teori
belajar dari psikologi humanistik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TEORI
– TEORI BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK
Dikemukakan
oleh psikolog behaviristik yang sering disebut “contempory behaviorists” atau “S-R
psychologists” berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan
oleh ganjaran (reword) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan
demikian, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi –
reaksi behavioral dengan stimulasinya.
1.
Teori
Yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik
Psikologi ini
mulai mengalami perkembangan dengan lahirnya teori tentang belajar yang
dipelopori oleh Thomdike, Paviov, Wabon, dan Ghuthrie. Teori belajar Thomdike
(1874 – 1949) di AS yang disebut “connectionism”
atau “trial-and-error” karena belajar
merupakan proses pembentukan koneksi – koneksi antara stimulus dan respon. Ciri
– ciri belajarnya antara lain :
a.
Ada motif pendorong
aktivitas.
b.
Ada berbagai respon
terhadap situasi.
c.
Ada eliminasi respon –
respon yang gagal/ salah.
d.
Ada kemajuan reaksi –
reaksi mencapai tujuan.
Dari penelitiannya Thomdike
menemukan hukum – hukum :
1.
“Law
of readiness” : Jika reaksi terhadap stimulus
didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi
memuaskan.
2.
“Law
of exercise” : makin banyak dipraktekkan atau
digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu
disertai dengan “reward”.
3.
“Law
of effect” : bilamana terjadi hubungan antara
stimulus dan repon dan dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka
hubungan itu terjadi lebih kuat. bilamana terjadi hubungan dibarengi dengan
“state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkuarang.
Sementara itu di
Rusia Ivan Pavlov (1849 – 1936) juga menghasilkan teori belajar yang disebut
“clasical conditioning” atau “stimulus substitution” berkembang dari percobaan
laboratoris terhadap anjing yang diberi stimuli bersyarat sehingga terjadi
reaksi bersyarat pada anjing.
John B. Watson
(1878 – 1958) adalah orang AS yang mengembangkan teori belajar berdasarkan
hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses
terjadinya refleks – refleks dan reaksi – reaksi emosional berupa takut, cinta,
dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan – hubungan
stimulus – respon baru melalui “conditioning”.
Operant
conditioning adalah suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat
akibat reinforcement.
2.
Skinner’s
Operant Conditioning
Skinner’s juga
menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses
belajar. Ia berpendapat bahwa tujuan psikologi pendidikan adalah meramal dan
mengontrol tingkah laku
Skinner’s
membagi dua jenis respons dalam proses belajar, yakni :
1.
Respondents : respons
yang terjadi karena stimuli khusus misal Pavlov
2.
Operants : respons yang
terjadi karena situasi random.
Jenis – jenis
stimuli :
1.
Positive reinforcement
: penyajian stimuli yang meningkatkan probabilitas suatu respons.
2.
Negative reinforcement
: pembatasan stimuli yang tidak menyenangkan
3.
Hukuman : pemberian
stimulus yang tidak menyenangkan
4.
Primary reinforcement :
stimuli pemenuhan kebutuhan – kebutuhan fisiologis
5.
Secondary or learned
reinforcement
6.
Modivikasi tingkah laku
guru : perlakuan guru terhadap murid – murid berdasarkan minat dan kesenangan
mereka.
Ada
4 cara penjadwalan reinforcement menguraikan tentang kapan dan bagaimana sutau
respons diperbuat?
1.
“Fixed
– ratio schedule” : yang didasarkan pada
penyajian bahan pelajaran, pemberi reinforcement baru memberikan penguatan
respons setelah terjadi jumlah tertentu dari respons.
2.
“Variable
ratio schedule” : yang didasarkan pada penyajian
bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah rata – rata respons.
3.
“Fixed
– interval schedule” : yang didasarkan atas
satuan waktu tetap diantara “reinforcement”
4.
“Variable
interval schedule” : pemberian
reinforcement menurut respons betul yang pertama setelah terjadi kesalahan –
kesalahan respons.
B.
TEORI
– TEORI BELAJAR PSIKOLOGI KOGNITIF
Para
ahli jiwa aliran kognitif berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi tidak hanya
dikontrol oleh reward dan reinforcement.
1. Teori belajar cognitive
field dari lewin
Kurt Lewin (1892
– 1947) mengembangkan suatu teori belajar cognitive field Lewin memandang
masing – masing individu berada didalam suatu medan kekuatan, yang bersifat
psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu beraksi disebut life
space yang mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi.
2.
Teori
belajar cognitive Develop mental dari Piaget
Piaget memandang
bahwa proses belajar berfikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual
dari konkret menuju abstrak.
Piaget memakai
istilah Scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah
pola tingkah laku yang dapat diulang yang berhubungan dengan refleks – refleks
pembawaan dan Scheme mental.
Menurut Piaget,
intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu :
a.
Struktur disebut juga
Scheme.
b.
Isi atau content yaitu
pola tingkah laku spesifik tat kala individu menghadapi suatu masalah.
c.
Fungsi atau function
yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual.
Piaget
mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan
anak yaitu :
1. Kematangan
2. Pengalaman
fisik atau lingkungan
3. Transmisi
sosial
4. Equalibrium
atau self regultion.
3. Jerome Bruner dengan
discovely learning-nya
Yang menjaadi
dasar ide Jerome Bruner ialah pendapat dari Piaget didalam belajar dikelas.
Jerome Bruner memakai cara dengan discovery learning, dimana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini
berbeda dengan reseption learning atau expository teaching dimana guru
menerangkan semua informasi dam murid harus mempelajari semua bahan atau
informasi itu.
The act of
discovery dari Bruner
1. Adanya
suatu kenikan didalam potensi intelektual.
2. Ganjaran
intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
3.
Murid yang mempelajari
bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
4. Murid
labih senang mengingat – ingat informasi.
C.
TEORI
BELAJAR DARI PSIKOLOGI HUMANISTIK
1.
Orientai
Perhatian
psikologi Humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap – tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud – maksud pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman – pengalaman merekan sendiri dan sesuai perasaan
dan perhatian siswa. Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan
dirinya sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi –
potensi yang ada pada diri mereka (Hamachek, 1977, P.148)
2.
Awal
timbulnya psikologi Humanistik
Pada akhir tahun
1940-an orang – orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa
dalam perkembangan ini. Misalnya : psikologi klinik, pekerja sosial dan
konseler. Gerakan ini berkembang kemudian dikenal dengan sebagai psikologi
Humanistik, eksestensial, perceptual, atau fenomenologikal. Psikologi ini
berusaha untuk memahami perilakuseseorang dari sudut si pelaku ( behaver) bukan dari pngamat (observer).
3.
Behaviorisme
versus humanistik
Dalam menyoroti
masalah perilaku, ahli – ahli Behaviorisme dan humanistik mempunyai pandangan
yang sangat berbeda yang dikenal sebagi freedomdetermination issue. Para
behaviorist memandang bahwa orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan
responsnya terhadap lingkungannya. Sebaliknya para Humanistik meemandang bahwa
tiap orang itu menentukan perilaku merekan sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Teori
– Teori Belajar Psikologi Behavioristik
Psikolog
behaviristik berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh
ganjaran (reword) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan
demikian, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi –
reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Psikologi
ini dipelopori oleh Thomdike, Paviov, Wabon, dan Ghuthrie. Teori belajar
Thomdike (1874 – 1949) di AS yang disebut “connectionism”
atau “trial-and-error”. Ciri – ciri
belajarnya antara lain :
a.
Ada motif pendorong
aktivitas.
b.
Ada berbagai respon
terhadap situasi.
c.
Ada eliminasi respon –
respon yang gagal/ salah.
d.
Ada kemajuan reaksi –
reaksi mencapai tujuan.
Dari penelitiannya Thomdike
menemukan hukum – hukum :
1.
Law of readiness
2.
Law of exercise
3.
Law of effect
Skinner berpendapat
bahwa tujuan psikologi pendidikan adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Jenis
– jenis stimuli :
1.
Positive reinforcement
2.
Negative reinforcement
3.
Hukuman
4.
Primary reinforcement
5.
Secondary or learned
reinforcement
6.
Modivikasi tingkah laku
guru
Ada
4 cara penjadwalan reinforcement
1. Fixed – ratio schedule.
2. Variable ratio schedule.
3. Fixed – interval
schedule
4. Variable interval
schedule
2.
Teori
– Teori Belajar Psikologi Kognitif
Para
ahli jiwa aliran kognitif berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi tidak hanya
dikontrol oleh reward dan reinforcement.
Menurut Piaget,
intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu : Struktur disebut juga
Scheme, Isi atau content dan Fungsi atau function .
Piaget
mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan
anak yaitu :
a. Kematangan
b. Pengalaman
fisik atau lingkungan
c. Transmisi
sosial
d. Equalibrium
atau self regultion.
The act of
discovery dari Bruner
1. Adanya
suatu kenikan didalam potensi intelektual.
2. Ganjaran
intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
3.
Murid yang mempelajari
bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
4. Murid
labih senang mengingat – ingat informasi.
3.
Teori
Belajar Dari Psikologi Humanistik
Tujuan
utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang
unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi – potensi yang ada pada diri
mereka (Hamachek, 1977, P.148)
Tokoh
– tokoh humanistik
1.
Combs
2.
Maslov
3.
Rogers
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Ø Sri Rumini, dkk. 2006.
Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar