A. Perbedaan Individu
Pada dasarnya tiap individu
merupakan satu kesatuan, yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan
itu dapat dilihat dari dua segi, yakni horizontal dan vertical. Perbedaan
segi horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti tingkat kesadaran, bakat, minat, ingatan,
emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan individu dalam aspek
jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi dan besarnya badan, tenaga, dan sebagainya.
Masing-masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya
terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.
Perbedaan individual
disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor keturunan atau
bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta didik.
Mungkin salah satu factor ada yang lebih dominan, namun
tetap kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada gilirannya
ternyata tidak ada dua individu yang sama.
2. Jenis-jenis
Perbedaan individual
Perbedaan
individual menyangkut dengan berbagai aspek yang masing-masing memilki
ciri-ciri tertentu;
a.
Kecerdasan, siswa yang kurang cerdas menunjukkan
ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi. Siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada umumnya memilki perhatian yang
lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan
pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan
abstraksi;
b.
Bakat (aptitude),
bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat itu perlu
diadakan tes bakat (aptitude test) pada waktu
mereka mulai bersekolah. Bakat turut menentukan perbedaan hasil belajar, sikap,
minat, dan lain-lain;
c.
Keadaan Jasmani, keadaan jasmani tiap siswa
berbeda-beda. Perbedaan itu terdapat pada struktur badan (tinggi, berat, dan
koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan pada penglihatan, sakit
menahun, mudah pusing kepala, dan lain-lain), gangguan penyakit tertentu.
Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar, mudah
lelah, kurang berminat melakukan berbagai kegiatan, dan akan mempengaruhi hasil
belajar;
d.
Penyesuaian Sosial dan Emosional, keadaan sosial
dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai sikap
sosial dan emosional, adalah pendiam, pemberang, pemalu, pemberani, mudah
bereaksi, senang bekerjasama, suka mengasingkan diri, mudah terpengaruh, sensitif, sedang menggatungkan diri kepada orang lain.
Tingkah laku sosial dan emosional ini dapat berubah sesuai dengan kondisi dan
situasi sekitarnya. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan
keberhasilan belajar siswa;
e.
Keadaan Keluarga, keadaan keluarga besar
pengaruhnya terhadap individu, dan oleh karenanya terjadi perbedaan individual
yang dilaterbelakangi perbedaan keadaan keluarga. Pengaruhnya terjadi pada
perbedaan dalam hal-hal pengalaman sikap, apresiasi, minat, sikap ekonomis,
cara berkomunikasi, kebiasaan berbicara, hubungan kerjasama, pola pikir, dan
lain-lain. Perbedaan dalam hal-hal tersebut mempengaruhi tingkah laku dan perubahan
belajar sekolah;
f. Prestasi Belajar, perbedaan hasil belajar di
kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan, latar belakang
pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang diberikan,
dan sebagainya.
B. Pengaruh Faktor Perbedaan
Individu
Perbedaan-perbedaan ini di pengaruhi oleh banyak faktor. Dalam
uraian berikut ini akan di bahas perbedaan individu berdasarkan pengaruh faktor
keturunan (Heriditer) /faktor bawaan, faktor lingkungan dan faktor-faktor
campuran. Adapun faktor-faktornya yaitu sebagai berikut :
1. Pengaruh Faktor Keturunan (Heriditer)
Menurut para ahli Biologi bahwa terjadinya individu adalah akibat
bertemunya sel jantan dan betina. Pada setiap spesies (jenis makhluk) jumlah
dan bentuk chromosomenya selalu sama dan bila speciesnya berbeda, akan berbeda
pula jumlah dan bentuk chromosomenya. Gene yang berasal dari sel jantan saling
berpasanagn dengan gene yang berasal dari gene betina dengan cara yang berbeda
beda. Cara yang berbeda beda inilah yang menyebabkan perbedaan sifat individu.
Dan perbedaan sifat individu inilah yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan
individu berdasarkan faktor keturunan.
2. Pengaruh Faktor Lingkungan (Melieu)
Lingkungan dalam arti luas, meliputi lingkungan statis
dan lingkungan yang bergerak/dinamis. Keadaan tempat dan alam lebih banyak
bersifat statis sedangkan lingkungan sosial bersifat dinamis. Lingkungan statis
membawa pengaruh pada individu yang
berbeda di lingkungan tersebut. Demikian pula lingkungan dinamis (pengaruh
lingkungan sosial/manusia) juga berpengaruh terhadap orang-orang yang tinggal
di lingkungan tersebut. Hal-hal semacam itu akan membuat perbedaan sifat di
antara mereka.
3. Pengaruh Faktor
Campuran
Dari uraian di atas, baik uraian pertama (mengenai pngaruh faktor keturunan)
maupun uraian kedua (pengaruh faktor lingkungan), ternyata bahwa baik keturunan
maupun faktor lingkungan berpengaruh terhadap individu yang bersangkutan.
C. Beberapa perbedaan individu dalam kemampuan belajar dan mengingat
Dari sebagian
besar perbedaan karakteristik kemampuan siswa dalam belajar dan mengingat, kami
hanya akan membahas empat masalah kognitif penting yang mempengaruhi kemampuan
belajar dan mengingat. Pertama, karena
pemikiran populer mengenai hubungan IQ dan kemampuan belajar maka kita perlu
memperhatikan pemikiran mengenai intelijensi. Selain itu juga dibahas style
kognitif, strategi pembelajaran dan kemampuan mengingat.
1. Kemampuan (Intelijensi)
Uji
perbedaan individu memungkinkan perhatian publik pada pengukuran kemampuan
seseorang yang tentunya menghasilkan skor nilai IQ. Pada tahun 1920-an,
pengujian ini sangat berguna sekali dilakukan. Banyak pendukung gerakan ini di
Amerika yang kemudian dirasa bahwa seseorang yang memiliki IQ sedang hingga
tinggi yang hanya dibolehkan untuk lebih produktif dibanding mereka yang
memiliki keterbelakangan mental dan kelompok keterbelakangan mental ini
biasanya dihindari.
Baru-baru
ini pengujian yang sama ini juga dipandang sebagai instrument yang menimbulkan
prasangka. Sebagian alasan untuk kedua pengukuran intelijensi ini telah
menimbulkan pembingungan tentang permasalahan apa yang harus diukur. Beberapa
evaluator telah membuat konsepsasi intelijensi sebagai kemampuan untuk belajar
dengan cepat. Pandangan intelijensi lainnya mengindikasikan adanya tingkat
kesulitan permasalahan atau soal-soal yang diberikan pada individu sesuai
dengan usianya dalam mengukur kemampuan mereka menyelesaikan soal. Terkadang
defenisi ini jauh lebih luas dan lebih menekan kapasitas glogal seseorang sebagai
contoh kemampuan bertindak, kemampuan berfikir rasional dan kemampuan berfikir
efektif dalam menanggapi seseorang. Selain itu banyak para penguji lainnya
terus melawan arah pengujian ini secara lebih luas dengan mengangkat
permasalahan umum dan pendefenisian operasional intelijensi secara total,
seperti kemampuan dalam melakukan sesuatu dengan baik pada uji intelijensi atau
apapun model ujiannya.
Bagaimana
pun intelijensi, hal yang mungkin paling penting di sini adalah mengindikasikan
sesuatu yang belum ada. Misalnya pernyataan yang tidak benar yang dikorelasikan
dengan tingkat intelijensi dari kemampuan belajar seseorang. Penelitian
mengenai tingkat kemampuan belajar seseorang mengindikasikan bahwa ada beberapa
faktor pembelajaran yang diperlukan untuk memprediksikan berbagai tugas
pembelajaran yang dihadapi siswa. Sejumlah model khusus dari faktor-faktor yang
diperlukan ini tergantung dari jenis-jenis tugas yang diukur meliputi keahlian
motorik, kemampuan belajar verbal, kemampuan mengkonsep pembelajaran, kemampuan
memahami sebuah konsep dan sebagainya – yang digunakan sebagai variabel uji
dalam penelitian khusus. Pendeknya, kita bisa katakan di sini tidak ada
pengukuran terhadap kemampuan pembelajaran tunggal yang bisa menyebabkan
ketidaktepatan dalam menginterprestasikan score IQ sebagai refleksi dari
tingkat kemampuan seseorang. Fakta ini memperlihatkan bahwa orang pertama
mempelajari tugas mereka dengan lebih cepat dibanding orang kedua yang bukan
berarti bahwa tingkat pembelajaran mereka dapat disamakan ketika kedua orang
ini dihadapkan pada tugas yang berbeda. Secara mekanismenya, siswa bisa
mempelajari bagaimana mengoperasikan sebuah mesin yang kompleks dengan
kecepatan lebih dibanding bagian-bagian yang berorientasi pada pemahaman
akademik.
Haruslah
dicatat bahwa nilai IQ berhubungan dengan ukuran belajar di sekolah. Model Test
dalam Tradisi Binet masih efektif mengidentifikasi anak-anak yang mempunyai
berbagai kesulitan menuju keberhasilan di sekolah tradisional. Kita harus catat
bahwa fakta ini tidak perlu menyiratkan bahwa tingkat kecerdasan/inteligen
adalah faktor penyebab menentukan tingkat pencapaian. Orang bisa membalikkan
argumentasi itu dan mengatakan bahwa semakin seorang anak mencapai sekolah yang
lebih tinggi IQ nya berperanan. Sesungguhnya, anak-anak yang belajar lebih
tinggi di sekolah cenderung untuk meningkatkan tes kecerdasan/inteligen mereka
beberapa tahun ini. Hal yang penting untuk tujuan kita bukanlah yang mana, juga
bukan tentang variabel-variabel penyebab variabel lain, tidak ada jawaban akhir
yang mungkin. Melainkan, adalah penting untuk mengetahui adanya hubungan yang
kuat sedang antara kedua variabel. Ini berarti bahwa mengetahui tingkatan
intelijensi perorangan akan membuat kita dapat meramalkan dengan derajat
kesaksamaan beberapa tingkatan prestasi akademis, dan sebaliknya
Akhir yang
harus dibuat mengenai kemampuan khusus ini adalah bahwa, walaupun mereka
berbeda, mereka cenderung untuk berhubungan dengan kecerdasan/inteligen umum
sampai taraf tertentu.
2. Cognitive Styles
Teori yang berhubungan erat kepada permasalahan dalam
keserasian untuk belajar adalah tipe kognitif. Keserasian perorangan mungkin
dipandang sebagai suatu tingkatan dari capaian intelektual, sedangkan tipe
kognitif mengacu pada cara capaian atau bagaimana sesuatu menyelesaikan
tugas-tugas intelektual. Sebagai contoh, individu berbeda pilihan atau
kemampuan untuk belajar dari suatu cara yang dilakukan berhubungan dengan
perasaan spesifik. Sebagian orang merasa paling baik belajar dari material
tertulis, sedang sebagian orang yang lain merasa lebih efisien belajar dari
pengolahan indera pendengar dengan isi yang sama melalui ceramah / kuliah atau
siaran ulang tv dari video.
Perbedaan individu sepanjang dimensi ini ditaksir oleh
suatu persepsi tugas yang mempertemukan test figur umum yang harus memilih enam
pekerjaan yang sangat serupa yang mana persisnya seperti suatu figur target.
Hanya satu menit dalam mencari jawaban yang benar dan salah. Ukuran waktu
tanggapan untuk masing-masing individu diambil seperti halnya score ketelitian.
Orang yang lebih lambat dibanding rata-rata dan siapa yang membuat lebih
sedikit kesalahan dibanding rata-rata Walaupun penggolongan ini meliputi
kebanyakan pengambil test, tetapi tidak meliputi semua. Beberapa individu
membuat banyak kesalahan sungguhpun mereka pelan-pelan, sedang individu lain
bisa bekerja dengan cukup cepat tanpa membuat banyak kesalahan.
Banyak tipe kognitif lain telah diusulkan dan diselidiki. Sebagai contoh,
pembedaan di dalam tipe telah dibuat didasarkan pada tingkat dimana seseorang
bereaksi pada suatu stimulus kompleks secara keseluruhan dibanding pada analisa
bagian komponen (ketergantungan bidang dan kebebasan bidang) dan tingkat mana
perorangan (berhenti untuk mengabaikan perubahan di dalam rangsangan berikutnya
dari waktu ke waktu ( pengatur dan mempertajam). Apa yang secara khas ditemukan
adalah bahwa tipe kognitif seseorang terkait tidak hanya kepada bagaimana ia
belajar, tetapi juga pada keputusan penting seperti pilihan suatu lapangan
kerja atau perguruan tinggi utama
3. Gaya Belajar
Strategi Belajar sebagai tambahan terhadap perbedaan di
dalam karakteristik global yang mempengaruhi pelajaran, suatu faktor penentu
penting dari suatu capaian individu pada tugas yang diberikan adalah strategi
spesifik yang diambil untuk tugas itu. Strategi berbeda telah secara ekstensif
menyelidiki dalam berbagai pelajaran dan memori tugas
Salah satu dari dua metoda secara khas digunakan untuk
belajar perbedaan individu di dalam konteks ini: pokok materi di dalam eksperimen
manapun hanya disangsikan menyangkut strategi mereka menggunakan suatu
perbedaan dan strategi spesifik di dalam kemampuan mereka untuk menerapkan
strategi itu. Di dalam prosedur yang terdahulu, strategi mungkin secara khas
ditetapkan dengan mengadakan percobaan sebelum mulai eksperimen dan diatur
menurut derajat tingkat kompleksitas mereka. Sebagai contoh, di dalam belajar,
suatu strategi memerlukan konstruksi yang menghubungkan stimulus dan tanggapan
istilah yang diatur seperti strategi yang paling rumit, sedang pengulangan
boleh jadi dipandang memerlukan proses paling sedikit dengan pokok materi dan
dengan begitu dapat diatur sedikit kompleks.
Studi yang menggunakan prosedur kedua sudah mencoba untuk
menentukan efek instruksi untuk menggunakan jenis strategi tertentu tentang
pelajaran individu yang berbeda. Yang sering terjadi, perumpamaan dan
penyelesaian sengketa dengan strategi lisan telah dibandingkan dengan satu sama
lain dan dengan instruksi untuk menggunakan rotasi pengulangan. Kedua
perumpamaan atau instruksi penyelesaian sengketa dengan penengahan lisan
mengakibatkan pelajaran dengan mantap lebih cepat dibanding instruksi dihafal
dan tidak ada instruksi spesifik: Instruksi Perumpamaan juga mempunyai suatu
dampak lebih besar dibanding instruksi lisan, walaupun efek nya relatif kecil.
Perbedaan Individu dalam strategi daya ingat telah pula
diselidiki baru-baru ini. Dari diskusi yang lebih awal dari memori dan
pelajaran lisan, kamu dapat mengantisipasi bahwa suatu perbedaan penting antar
pokok di dalam tugas jenis ini adalah kemampuan mereka secara subyektif
mengorganisir material.
Sebagaimana disebutkan pada bab konsep belajar, perbedaan
individu antar pelajar mempunyai suatu dampak pada tingkat yang mana pelajaran
terjadi: Pemilihan dari strategi yang berbeda menggunakan konteks ini, seperti
memusatkan konservatif dan fokus berjudi, dihubungkan dengan kesanggupan
ingatan pokok materi dan kecerdasan/inteligen umum. Paradigma Pemilihan untuk
konsep pelajaran secara khas dipekerjakan untuk mengamati penggunaan dari
strategi yang berbeda ini
4. Memory Ability
Perbedaan kesanggupan ingatan individu tidak hanya di
dalam kemampuan mereka untuk memperoleh informasi, tetapi juga di dalam
kemampuan mereka untuk mempertahankan informasi apapun yang mereka peroleh.
Beberapa tahun terakhir, psikolog berbeda mengukur kecerdasan. Beberapa yang
paling menarik untuk pekerjaan ini telah dilaksanakan oleh suatu regu peneliti
dipimpin oleh Earl Hunt, seorang psikolog dan Clifford Lunneborg seorang
psychometrician. Pendekatan dasar yang diambil oleh Earl Hunt dan Lunneborg
telah menguji para siswa perguruan tinggi berbagai tugas memori. Para mahasiswa
terpilih untuk masuk di dalam studi pada dasar score ekstrim mereka pada tes
kecerdasan. Mereka membatasi para mahasiswa peringkat puncak yang keempat atau
keempat terakhir di kelas mereka di dalam gabungan kedua-duanya yang lisan dan
gabungan yang kwantitatif pada suatu pengujian pintu masuk. Penelitian
Earl Hunt dan Lunneborg's mengungkapkan dua penemuan basis dasar,: satu
mengenai implikasi perbedaan di dalam kemampuan lisan dan lain mengenai
implikasi variasi yang berbeda di dalam kemampuan kwantitatif. Pada dasarnya,
pembedaan sepertinya di dalam fungsi jenis memori pada kemampuan yang
berhubungan
Pertama, kemampuan lisan tinggi secara khas
menyiratkan bawah lebih besar efisiensi akan lebih besar memori jangka pendek.
Sebagai contoh, mempertimbangkan apa yang terjadi ketika pokok ditampilkan
dengan satu set digit dan kemudian menanyakan sesuatu sangat ringkas apakah digit
tertentu adalah di dalam memori menetapkan atau bukan. (Ini adalah dasar
Paradigma Sternberg menyebutkan diskusi reaksi waktu sebagai metoda belajar
memori di dalam bab 4.) Kemampuan kwantitatif tinggi dan rendah tidak berbeda
dalam seberapa cepat mereka menjawab tugas ini. Bagaimanapun, kemampuan lisan
tinggi mempunyai waktu untuk bereaksi lebih cepat (atau pencarian / menilai
lebih cepat) dibanding kemampuan lisan rendah. Fakta ini, bersama-sama dengan
penemuan serupa di dalam sejumlah tugas lain, menyatakan bahwa kemampuan lisan
tinggi dihubungkan dengan kecepatan pengolahan informasi lebih besar, terutama
sekali di dalam situasi yang menekankan memori jangka pendek
Kedua, kemampuan kwantitatif tinggi yang secara khas
menyiratkan pembalasan lebih besar untuk melupakan campur tangan. Sebagai
contoh, mempertimbangkan capaian Peterson dan Tugas Peterson, yang mana
digunakan untuk menilai efek dari pengacauan tugas pada memori jangka pendek.
Sehubungan dengan pokok kwantitatif rendah, pokok kwantitatif tinggi
mempertunjukkan daya ingat yang jauh lebih tinggi mengingat kembali informasi
yang telah diperkenalkan sebelumnya. Campur tangan juga ditunjukkan pada tugas
menuntut ingatan informasi jangka panjang. Sebagai contoh, walaupun kemampuan
lisan adalah peramal yang lebih baik tentang berapa lama untuk memperoleh
informasi yang lisan secara khas yang digunakan tugas ini, kemampuan
kwantitatif yang manakah yang lebih baik dalam memperkirakan berapa banyak
informasi dalam lima minggu kemudian. Dengan mengetahui kemampuan lisan
seseorang, kamu dapat menaksir bahwa orang belajar tingkat tarip, sedangkan
pengetahuan tentang kemampuan kwantitatif mengijinkan suatu perkiraan ingatan
Hasil ini menarik, sebab tes kecerdasan dan tugas teori
yang digunakan di sini berbeda dengan pokok materi. Ini terutama sekali terjadi
pada kasus kemampuan lisan. Pertanyaan pada pengujian masuk perguruan tinggi
yang digunakan untuk menilai kemampuan lisan yang pada dasarnya menyinggung
kepada isi dari memori jangka panjang. Sebagai contoh, seperti kebanyakan tes
standar, ada mempertanyakan mengenai definisi kata-kata dan isi dari prosa,:
Pada dasarnya, tes ini sedang menyelidiki isi dari memori jangka panjang. Di
dalam kontras tugas teori, yang mana perbedaan tinggi dan rendahnya verbal pokok,
tergantung pada tingkat pengolahan informasi di dalam memori jangka pendek,
bukannya pada informasi spesifik yang menyimpan memori jangka panjang. Orang
bisa mengadakan hipotesa, meskipun demikian, tidak sama sekali dibuktikan,
bahwa pengolahan yang efisien dari informasi berikutnya oleh pokok lisan tinggi
mengakibatkan dasar pengetahuan mereka lebih besar di dalam memori jangka
panjang
like it
BalasHapusMantap
BalasHapusMantap
BalasHapusass. saran ya, tulisan dan begronnya membuat pembaca kurang nyaman, tapi pembahasannya bagus .
BalasHapusreferensinya buku apa ya?
BalasHapusBoleh minta referensinya nggak? Atau ada ngga artikel tentang cara belajar?
BalasHapusMantap 😊
BalasHapus