Sabtu, 05 Januari 2013

PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR


A. Perbedaan Individu
Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni horizontal dan vertical. Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti tingkat kesadaran, bakat, minat, ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi dan besarnya badan, tenaga, dan sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.
Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor keturunan atau bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta didik. Mungkin salah satu factor ada yang lebih dominan, namun tetap kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada gilirannya ternyata tidak ada dua individu yang sama.
2. Jenis-jenis Perbedaan individual
Perbedaan individual menyangkut dengan berbagai aspek yang masing-masing memilki ciri-ciri tertentu;
a.       Kecerdasan, siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada umumnya memilki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi;
b.      Bakat (aptitude), bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat itu perlu diadakan tes bakat (aptitude test) pada waktu mereka mulai bersekolah. Bakat turut menentukan perbedaan hasil belajar, sikap, minat, dan lain-lain;
c.       Keadaan Jasmani, keadaan jasmani tiap siswa berbeda-beda. Perbedaan itu terdapat pada struktur badan (tinggi, berat, dan koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan pada penglihatan, sakit menahun, mudah pusing kepala, dan lain-lain), gangguan penyakit tertentu. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar, mudah lelah, kurang berminat melakukan berbagai kegiatan, dan akan mempengaruhi hasil belajar;
d.      Penyesuaian Sosial dan Emosional, keadaan sosial dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai sikap sosial dan emosional, adalah pendiam, pemberang, pemalu, pemberani, mudah bereaksi, senang bekerjasama, suka mengasingkan diri, mudah terpengaruh, sensitif, sedang menggatungkan diri kepada orang lain. Tingkah laku sosial dan emosional ini dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi sekitarnya. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar siswa;
e.       Keadaan Keluarga, keadaan keluarga besar pengaruhnya terhadap individu, dan oleh karenanya terjadi perbedaan individual yang dilaterbelakangi perbedaan keadaan keluarga. Pengaruhnya terjadi pada perbedaan dalam hal-hal pengalaman sikap, apresiasi, minat, sikap ekonomis, cara berkomunikasi, kebiasaan berbicara, hubungan kerjasama, pola pikir, dan lain-lain. Perbedaan dalam hal-hal tersebut mempengaruhi tingkah laku dan perubahan belajar sekolah;
f.  Prestasi Belajar, perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan, latar belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang diberikan, dan sebagainya.



B. Pengaruh Faktor  Perbedaan Individu
Perbedaan-perbedaan  ini di pengaruhi oleh banyak faktor. Dalam uraian berikut ini akan di bahas perbedaan individu berdasarkan pengaruh faktor keturunan (Heriditer) /faktor bawaan, faktor lingkungan dan faktor-faktor campuran. Adapun faktor-faktornya yaitu sebagai berikut :
1. Pengaruh Faktor Keturunan (Heriditer)
Menurut para ahli Biologi bahwa terjadinya individu adalah akibat bertemunya sel jantan dan betina. Pada setiap spesies (jenis makhluk) jumlah dan bentuk chromosomenya selalu sama dan bila speciesnya berbeda, akan berbeda pula jumlah dan bentuk chromosomenya. Gene yang berasal dari sel jantan saling berpasanagn dengan gene yang berasal dari gene betina dengan cara yang berbeda beda. Cara yang berbeda beda inilah yang menyebabkan perbedaan sifat individu. Dan perbedaan sifat individu inilah yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan individu berdasarkan faktor keturunan.
2. Pengaruh Faktor Lingkungan (Melieu)
Lingkungan dalam arti luas, meliputi lingkungan statis dan lingkungan yang bergerak/dinamis. Keadaan tempat dan alam lebih banyak bersifat statis sedangkan lingkungan sosial bersifat dinamis. Lingkungan statis membawa pengaruh  pada individu yang berbeda di lingkungan tersebut. Demikian pula lingkungan dinamis (pengaruh lingkungan sosial/manusia) juga berpengaruh terhadap orang-orang yang tinggal di lingkungan tersebut. Hal-hal semacam itu akan membuat perbedaan sifat di antara mereka.
3.  Pengaruh Faktor Campuran
Dari uraian di atas, baik uraian pertama (mengenai pngaruh faktor keturunan) maupun uraian kedua (pengaruh faktor lingkungan), ternyata bahwa baik keturunan maupun faktor lingkungan berpengaruh terhadap individu yang bersangkutan.

C. Beberapa perbedaan individu dalam kemampuan belajar dan mengingat
Dari sebagian besar perbedaan karakteristik kemampuan siswa dalam belajar dan mengingat, kami hanya akan membahas empat masalah kognitif penting yang mempengaruhi kemampuan belajar dan mengingat. Pertama, karena pemikiran populer mengenai hubungan IQ dan kemampuan belajar maka kita perlu memperhatikan pemikiran mengenai intelijensi. Selain itu juga dibahas style kognitif, strategi pembelajaran dan kemampuan mengingat.
1. Kemampuan (Intelijensi)
Uji perbedaan individu memungkinkan perhatian publik pada pengukuran kemampuan seseorang yang tentunya menghasilkan skor nilai IQ. Pada tahun 1920-an, pengujian ini sangat berguna sekali dilakukan. Banyak pendukung gerakan ini di Amerika yang kemudian dirasa bahwa seseorang yang memiliki IQ sedang hingga tinggi yang hanya dibolehkan untuk lebih produktif dibanding mereka yang memiliki keterbelakangan mental dan kelompok keterbelakangan mental ini biasanya dihindari.
Baru-baru ini pengujian yang sama ini juga dipandang sebagai instrument yang menimbulkan prasangka. Sebagian alasan untuk kedua pengukuran intelijensi ini telah menimbulkan pembingungan tentang permasalahan apa yang harus diukur. Beberapa evaluator telah membuat konsepsasi intelijensi sebagai kemampuan untuk belajar dengan cepat. Pandangan intelijensi lainnya mengindikasikan adanya tingkat kesulitan permasalahan atau soal-soal yang diberikan pada individu sesuai dengan usianya dalam mengukur kemampuan mereka menyelesaikan soal. Terkadang defenisi ini jauh lebih luas dan lebih menekan kapasitas glogal seseorang sebagai contoh kemampuan bertindak, kemampuan berfikir rasional dan kemampuan berfikir efektif dalam menanggapi seseorang. Selain itu banyak para penguji lainnya terus melawan arah pengujian ini secara lebih luas dengan mengangkat permasalahan umum dan pendefenisian operasional intelijensi secara total, seperti kemampuan dalam melakukan sesuatu dengan baik pada uji intelijensi atau apapun model ujiannya.
Bagaimana pun intelijensi, hal yang mungkin paling penting di sini adalah mengindikasikan sesuatu yang belum ada. Misalnya pernyataan yang tidak benar yang dikorelasikan dengan tingkat intelijensi dari kemampuan belajar seseorang. Penelitian mengenai tingkat kemampuan belajar seseorang mengindikasikan bahwa ada beberapa faktor pembelajaran yang diperlukan untuk memprediksikan berbagai tugas pembelajaran yang dihadapi siswa. Sejumlah model khusus dari faktor-faktor yang diperlukan ini tergantung dari jenis-jenis tugas yang diukur meliputi keahlian motorik, kemampuan belajar verbal, kemampuan mengkonsep pembelajaran, kemampuan memahami sebuah konsep dan sebagainya – yang digunakan sebagai variabel uji dalam penelitian khusus. Pendeknya, kita bisa katakan di sini tidak ada pengukuran terhadap kemampuan pembelajaran tunggal yang bisa menyebabkan ketidaktepatan dalam menginterprestasikan score IQ sebagai refleksi dari tingkat kemampuan seseorang. Fakta ini memperlihatkan bahwa orang pertama mempelajari tugas mereka dengan lebih cepat dibanding orang kedua yang bukan berarti bahwa tingkat pembelajaran mereka dapat disamakan ketika kedua orang ini dihadapkan pada tugas yang berbeda. Secara mekanismenya, siswa bisa mempelajari bagaimana mengoperasikan sebuah mesin yang kompleks dengan kecepatan lebih dibanding bagian-bagian yang berorientasi pada pemahaman akademik.
Haruslah dicatat bahwa nilai IQ berhubungan dengan ukuran belajar di sekolah. Model Test dalam Tradisi Binet masih efektif mengidentifikasi anak-anak yang mempunyai berbagai kesulitan menuju keberhasilan di sekolah tradisional. Kita harus catat bahwa fakta ini tidak perlu menyiratkan bahwa tingkat kecerdasan/inteligen adalah faktor penyebab menentukan tingkat pencapaian. Orang bisa membalikkan argumentasi itu dan mengatakan bahwa semakin seorang anak mencapai sekolah yang lebih tinggi IQ nya berperanan. Sesungguhnya, anak-anak yang belajar lebih tinggi di sekolah cenderung untuk meningkatkan tes kecerdasan/inteligen mereka beberapa tahun ini. Hal yang penting untuk tujuan kita bukanlah yang mana, juga bukan tentang variabel-variabel penyebab variabel lain, tidak ada jawaban akhir yang mungkin. Melainkan, adalah penting untuk mengetahui adanya hubungan yang kuat sedang antara kedua variabel. Ini berarti bahwa mengetahui tingkatan intelijensi perorangan akan membuat kita dapat meramalkan dengan derajat kesaksamaan beberapa tingkatan prestasi akademis, dan sebaliknya
Akhir yang harus dibuat mengenai kemampuan khusus ini adalah bahwa, walaupun mereka berbeda, mereka cenderung untuk berhubungan dengan kecerdasan/inteligen umum sampai taraf tertentu.
2. Cognitive Styles
Teori yang berhubungan erat kepada permasalahan dalam keserasian untuk belajar adalah tipe kognitif. Keserasian perorangan mungkin dipandang sebagai suatu tingkatan dari capaian intelektual, sedangkan tipe kognitif mengacu pada cara capaian atau bagaimana sesuatu menyelesaikan tugas-tugas intelektual. Sebagai contoh, individu berbeda pilihan atau kemampuan untuk belajar dari suatu cara yang dilakukan berhubungan dengan perasaan spesifik. Sebagian orang merasa paling baik belajar dari material tertulis, sedang sebagian orang yang lain merasa lebih efisien belajar dari pengolahan indera pendengar dengan isi yang sama melalui ceramah / kuliah atau siaran ulang tv dari video.
Perbedaan individu sepanjang dimensi ini ditaksir oleh suatu persepsi tugas yang mempertemukan test figur umum yang harus memilih enam pekerjaan yang sangat serupa yang mana persisnya seperti suatu figur target. Hanya satu menit dalam mencari jawaban yang benar dan salah. Ukuran waktu tanggapan untuk masing-masing individu diambil seperti halnya score ketelitian. Orang yang lebih lambat dibanding rata-rata dan siapa yang membuat lebih sedikit kesalahan dibanding rata-rata Walaupun penggolongan ini meliputi kebanyakan pengambil test, tetapi tidak meliputi semua. Beberapa individu membuat banyak kesalahan sungguhpun mereka pelan-pelan, sedang individu lain bisa bekerja dengan cukup cepat tanpa membuat banyak kesalahan.
Banyak tipe kognitif lain telah diusulkan dan diselidiki. Sebagai contoh, pembedaan di dalam tipe telah dibuat didasarkan pada tingkat dimana seseorang bereaksi pada suatu stimulus kompleks secara keseluruhan dibanding pada analisa bagian komponen (ketergantungan bidang dan kebebasan bidang) dan tingkat mana perorangan (berhenti untuk mengabaikan perubahan di dalam rangsangan berikutnya dari waktu ke waktu ( pengatur dan mempertajam). Apa yang secara khas ditemukan adalah bahwa tipe kognitif seseorang terkait tidak hanya kepada bagaimana ia belajar, tetapi juga pada keputusan penting seperti pilihan suatu lapangan kerja atau perguruan tinggi utama
3. Gaya Belajar
Strategi Belajar sebagai tambahan terhadap perbedaan di dalam karakteristik global yang mempengaruhi pelajaran, suatu faktor penentu penting dari suatu capaian individu pada tugas yang diberikan adalah strategi spesifik yang diambil untuk tugas itu. Strategi berbeda telah secara ekstensif menyelidiki dalam berbagai pelajaran dan memori tugas
Salah satu dari dua metoda secara khas digunakan untuk belajar perbedaan individu di dalam konteks ini: pokok materi di dalam eksperimen manapun hanya disangsikan menyangkut strategi mereka menggunakan suatu perbedaan dan strategi spesifik di dalam kemampuan mereka untuk menerapkan strategi itu. Di dalam prosedur yang terdahulu, strategi mungkin secara khas ditetapkan dengan mengadakan percobaan sebelum mulai eksperimen dan diatur menurut derajat tingkat kompleksitas mereka. Sebagai contoh, di dalam belajar, suatu strategi memerlukan konstruksi yang menghubungkan stimulus dan tanggapan istilah yang diatur seperti strategi yang paling rumit, sedang pengulangan boleh jadi dipandang memerlukan proses paling sedikit dengan pokok materi dan dengan begitu dapat diatur sedikit kompleks.
Studi yang menggunakan prosedur kedua sudah mencoba untuk menentukan efek instruksi untuk menggunakan jenis strategi tertentu tentang pelajaran individu yang berbeda. Yang sering terjadi, perumpamaan dan penyelesaian sengketa dengan strategi lisan telah dibandingkan dengan satu sama lain dan dengan instruksi untuk menggunakan rotasi pengulangan. Kedua perumpamaan atau instruksi penyelesaian sengketa dengan penengahan lisan mengakibatkan pelajaran dengan mantap lebih cepat dibanding instruksi dihafal dan tidak ada instruksi spesifik: Instruksi Perumpamaan juga mempunyai suatu dampak lebih besar dibanding instruksi lisan, walaupun efek nya relatif kecil.
Perbedaan Individu dalam strategi daya ingat telah pula diselidiki baru-baru ini. Dari diskusi yang lebih awal dari memori dan pelajaran lisan, kamu dapat mengantisipasi bahwa suatu perbedaan penting antar pokok di dalam tugas jenis ini adalah kemampuan mereka secara subyektif mengorganisir material.
Sebagaimana disebutkan pada bab konsep belajar, perbedaan individu antar pelajar mempunyai suatu dampak pada tingkat yang mana pelajaran terjadi: Pemilihan dari strategi yang berbeda menggunakan konteks ini, seperti memusatkan konservatif dan fokus berjudi, dihubungkan dengan kesanggupan ingatan pokok materi dan kecerdasan/inteligen umum. Paradigma Pemilihan untuk konsep pelajaran secara khas dipekerjakan untuk mengamati penggunaan dari strategi yang berbeda ini
4. Memory Ability
Perbedaan kesanggupan ingatan individu tidak hanya di dalam kemampuan mereka untuk memperoleh informasi, tetapi juga di dalam kemampuan mereka untuk mempertahankan informasi apapun yang mereka peroleh. Beberapa tahun terakhir, psikolog berbeda mengukur kecerdasan. Beberapa yang paling menarik untuk pekerjaan ini telah dilaksanakan oleh suatu regu peneliti dipimpin oleh Earl Hunt, seorang psikolog dan Clifford Lunneborg seorang psychometrician. Pendekatan dasar yang diambil oleh Earl Hunt dan Lunneborg telah menguji para siswa perguruan tinggi berbagai tugas memori. Para mahasiswa terpilih untuk masuk di dalam studi pada dasar score ekstrim mereka pada tes kecerdasan. Mereka membatasi para mahasiswa peringkat puncak yang keempat atau keempat terakhir di kelas mereka di dalam gabungan kedua-duanya yang lisan dan gabungan yang kwantitatif pada suatu pengujian pintu masuk. Penelitian Earl Hunt dan Lunneborg's mengungkapkan dua penemuan basis dasar,: satu mengenai implikasi perbedaan di dalam kemampuan lisan dan lain mengenai implikasi variasi yang berbeda di dalam kemampuan kwantitatif. Pada dasarnya, pembedaan sepertinya di dalam fungsi jenis memori pada kemampuan yang berhubungan
Pertama, kemampuan lisan tinggi secara khas menyiratkan bawah lebih besar efisiensi akan lebih besar memori jangka pendek. Sebagai contoh, mempertimbangkan apa yang terjadi ketika pokok ditampilkan dengan satu set digit dan kemudian menanyakan sesuatu sangat ringkas apakah digit tertentu adalah di dalam memori menetapkan atau bukan. (Ini adalah dasar Paradigma Sternberg menyebutkan diskusi reaksi waktu sebagai metoda belajar memori di dalam bab 4.) Kemampuan kwantitatif tinggi dan rendah tidak berbeda dalam seberapa cepat mereka menjawab tugas ini. Bagaimanapun, kemampuan lisan tinggi mempunyai waktu untuk bereaksi lebih cepat (atau pencarian / menilai lebih cepat) dibanding kemampuan lisan rendah. Fakta ini, bersama-sama dengan penemuan serupa di dalam sejumlah tugas lain, menyatakan bahwa kemampuan lisan tinggi dihubungkan dengan kecepatan pengolahan informasi lebih besar, terutama sekali di dalam situasi yang menekankan memori jangka pendek
Kedua, kemampuan kwantitatif tinggi yang secara khas menyiratkan pembalasan lebih besar untuk melupakan campur tangan. Sebagai contoh, mempertimbangkan capaian Peterson dan Tugas Peterson, yang mana digunakan untuk menilai efek dari pengacauan tugas pada memori jangka pendek. Sehubungan dengan pokok kwantitatif rendah, pokok kwantitatif tinggi mempertunjukkan daya ingat yang jauh lebih tinggi mengingat kembali informasi yang telah diperkenalkan sebelumnya. Campur tangan juga ditunjukkan pada tugas menuntut ingatan informasi jangka panjang. Sebagai contoh, walaupun kemampuan lisan adalah peramal yang lebih baik tentang berapa lama untuk memperoleh informasi yang lisan secara khas yang digunakan tugas ini, kemampuan kwantitatif yang manakah yang lebih baik dalam memperkirakan berapa banyak informasi dalam lima minggu kemudian. Dengan mengetahui kemampuan lisan seseorang, kamu dapat menaksir bahwa orang belajar tingkat tarip, sedangkan pengetahuan tentang kemampuan kwantitatif mengijinkan suatu perkiraan ingatan
Hasil ini menarik, sebab tes kecerdasan dan tugas teori yang digunakan di sini berbeda dengan pokok materi. Ini terutama sekali terjadi pada kasus kemampuan lisan. Pertanyaan pada pengujian masuk perguruan tinggi yang digunakan untuk menilai kemampuan lisan yang pada dasarnya menyinggung kepada isi dari memori jangka panjang. Sebagai contoh, seperti kebanyakan tes standar, ada mempertanyakan mengenai definisi kata-kata dan isi dari prosa,: Pada dasarnya, tes ini sedang menyelidiki isi dari memori jangka panjang. Di dalam kontras tugas teori, yang mana perbedaan tinggi dan rendahnya verbal pokok, tergantung pada tingkat pengolahan informasi di dalam memori jangka pendek, bukannya pada informasi spesifik yang menyimpan memori jangka panjang. Orang bisa mengadakan hipotesa, meskipun demikian, tidak sama sekali dibuktikan, bahwa pengolahan yang efisien dari informasi berikutnya oleh pokok lisan tinggi mengakibatkan dasar pengetahuan mereka lebih besar di dalam memori jangka panjang

7 komentar: